Find Us On Social Media :

Google Doodle Peringati Ulang Tahun Maria Walanda Maramis, Pahlawan Pejuang Hak Perempuan Indonesia

By Novita Desy Prasetyowati, Sabtu, 1 Desember 2018 | 07:49 WIB

Google Doodle hari ini, mengenal Maria Walanda Maramis, pejuang hak perempuan

Tak hanya itu, Maria juga selalu memakai pakaian daerah, kain dan kebaya putih, hingga berkali-kali mengingatkan banyak orang dengan berkata "Pertahankan bangsamu,".

Selain di bidang rumah tangga, Maria bahkan memperjuangkan hak perempuan dalam urusan kenegaraan.

Baca Juga : Kenalan Yuk Dengan Maya Angelou, Dia Loh yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Kiprahnya menyangkut vrouwenkiesrecht, hak pilih dan dipilih bagi perempuan. Ia menulis banyak artikel tentang ini yang dimuat di koran setempat.

Hingga akhirnya pada 1921, pihak Batavia memberikan keputusan dan memperbolehkan perempuan memberi suara dalam pemilihan anggota Minahasa Raad.

Bahkan, usaha Maria ini masih tampak maju setelah dirinya berpulang.

Baca Juga : Mengenang Maya Angelou, Wanita Berkebangsaan Afrika-Amerika yang Muncul di Google Doodle Hari Ini, Siapa ya?

Pada 1930-an, perempuan diberi kesempatan untuk duduk dalam Locale Raden atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Hingga akhirnya, beliau menjadi Pahlawan Nasional karena usahanya mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad 20 Mei 1969 dengan nomor SK Presiden Keppres Nomor 012/K/1969.

Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Lahir Maria Walanda Maramis yang dianggap sebagai sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan, dan semansipasi wanita di dunia pendidikan dan politik.

Baca Juga : Mengagumkan! Inilah Sosok Wanita, Katsuko Saruhashi yang Menjadi Google Doodle Hari Ini

Untuk mengenang jasanya, telah dibangun Patung Maria Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang.

Patung Maria Walanda Maramis berada sekitar 15 menit dari pusat Kota Manado yang bisa ditempuh dengan angkutan darat.

Maria Walanda Maramis juga memiliki quote yang masih dikenang hingga sekarang.

"Alangkah pahitnya bila kita hanya menyerah pada kelemahan atau kekurangan perhatian orang lain terhadap hati nurani serta seluruh rencana dan gagasan kita, " (Maria Walanda Maramis, dalam suratnya kepada Ketua PIKAT Ny Liong, setelah Maria berpulang).

(*)