Find Us On Social Media :

Setelah 14 Tahun, Bertha Loaiza Baru Tahu Jika Dirinya Nyaris Mati Bersama Sang Ibu

By None, Minggu, 10 Maret 2019 | 09:42 WIB

Setelah 14 Tahun, Bertha Loaiza Baru Tahu Jika Dirinya Nyaris Mati Bersama Sang Ibu

Grid.ID – Bertha Loaiza tumbuh berduka karena kehilangan ibunya, ia tidak pernah tahu kebenaran yang mengejutkan bagaimana ibunya meninggal, atau bahwa ibunya itu hampir membawa Loaiza bersamanya.

Bertha Loaiza (37) tumbuh dengan mengira ia kehilangan ibunya dalam kecelakaan mobil yang mengerikan, yang hampir merenggut nyawanya juga.

Dia tidak ingat jatuh di 75 meter dari jembatan Coronado di San Diego, California, karena dia hanya bertiga pada saat itu.

Baca Juga : Siap-Siap Redmi Go Akan Dijual di Indonesia dengan Harga Rp 800-an, Catat Tanggal Flash Salenya!

Tetapi 14 tahun kemudian, ketika dia mengetahui kebenarannnya, itu akhirnya mengubah hidupnya.

Ketika Loaiza berusia 17 tahun, ia sedang membersihkan rumah ketika ia menemukan kaset VHS yang tidak berlabel, lalu ia memasukkannya ke mesin pemutar.

“Isinya adalah berita malam dari 14 tahun yang lalu. Mereka mengatakan bahwa saya adalah satu-satunya orang yang selamat dari kejatuhan di jembatan itu. Saya mengenali diri saya sendiri, mereka memperlihatkan saat saya di taman kanak-kanan, dan saya masih mengenakan kostum sekolah.”

Baca Juga : Penelitian Temukan Barang Dalam Rumah ini Ternyata Bisa Menurunkan Kesuburan Pria

Siaran berita tersebut ditindaklanjuti pada Minggu sore yang berkabut pada tahun 1985 ketika ibu Loaiza yang berusia 23 tahun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan putrinya.

Dua nelayan di bawah jembatan menyaksikan hal yang tak terpikirkan terjadi, yaitu seorang ibu memanjat pagar dengan seorang bayi digendongan tangannya, lalu melompat, menghantam air dengan keras.

Para lelaki menarik Loaiza dan ibunya dari Teluk San Diego yang asin dan mulai memberikan napas buatan ketika orang-orang di jembatan berlari memanggil 911.

Baca Juga : WhatsApp Akan Menghapus Akun yang Nekat Lakukan Pelanggaran Berikut

Meskipun ada upaya dari para nelayan, sayangnya ibu Loaiza tidak selamat, meskipun Loaiza yang berusia tiga tahun mengalami cedera kritis dan denyut nadi lemah, dia berhasil hidup.

Loaiza mengatakan, ia menonton rekaman itu berulang-ulang, mencoba memahami apa yang dia lihat.

“Saya merasa bingung. Sedikit yang saya tahu tentang ibu saya tidak benar, apakah itu semua bohong?”, katanya, seperti dilansir dari laman Reader’s Digest.

Dia menyembunyikan penemuannya itu dari keluarga ibunya selama beberapa hari, berharap untuk menghindari membuka kembali luka lama dari memori yang menyakitkan itu.

Akhirnya, dia merasa harus mengatakan sesuatu. “Saya meletakkan kaset di atas meja dan berkata, ‘Tidak ada yang perlu mengatakan apa pun, tetapi sekarang Kamu tahu bahwa saya tahu’. Mereka mengatakan mereka hanya ingin melindungi saya, dan mereka akan menjawab pertanyaan saya,” kenang Loaiza.

Baca Juga : Masih Ingat dengan Kasus Ibu yang Tenggelamkan Anaknya, Terungkap Sebelum Membunuh Sang Ibu Sempat Googling Caranya!

Ibunya sedang mengalami masa sulit ketika dia melompat dari atas jembatan. Ia sedang berjuang melawan depresi dan sedang mengalami perceraian dari suaminya.

Loaiza dibesarkan oleh keluarga ibunya dan tidak pernah punya alasan untuk meragukan kisah mereka tentang kecelakaan mobil.

“Sisi kanan tubuh saya yang paling terluka. Otak saya bengkak dan paru-paru saya bengkak. Saya patah pinggul dan lutut kanan, lalu mata kanan saya mengalami katarak traumatis akibat benturan. Saya kehilangan sebagian besar penglihatan di mata itu.”

Ia percaya, seperti halnya dokter, bahwa ibunya menggeser tubuhnya pada pertengahan musim gugur untuk melindungi Loaiza dari dampak kecelakaan.

“Saya pikir dia sengaja melakukan itu. Dia ingin menyelamatkan saya, dan dia melakukannya,” kata Loiza tentang ibunya.

Kini, Loaiza adalah perwakilan layanan pelanggan untuk advokasi pencegahan bunuh diri.

Baca Juga : Begini Penampakan Kolam Renang Terdalam di Dunia, Berani Coba?

Dia juga memulai kelompok dukungan dwibahasa untuk para penyintas bunuh diri, sebuah topik yang tetap tabu bagi populasi Hispanik.

Sebuah penelitian Kaiser Permanente menunjukkan bahwa 69 persen orang Amerika keturunan Amerika berkorelasi penyakit mental dengan kelemahan.

Ketika mengetahui kebenaran tentang kematian ibunya, memicu kebutuhan yagn sangat besar untuk mengetahui mengapa ibunya melibatkan dirinya.

“Ketika putra saya berusia tiga tahun, saya mulai terobsesi dengan semua yang dilakukan ibu saya. Saya mencoba untuk menempatkan diri saya pada posisinya, seburuk apa pola pengasuhannya?”

Dia mulai menjalani terapi, yang dia nilai membantunya sembuh.

“Keluarga saya memiliki kisah yang mengerikan, dan kita bisa bersembunyi karena malu atau mendapatkan bantuan,” kata Loiza. “Saya harus membagikan kisah ini.” (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “‘Saya Tidak Tahu Bagaimana Saya Hampir Mati Hingga 14 Tahun Kemudian’”