Find Us On Social Media :

Bahaya Wabah Difteri di Indonesia, Ini yang Perlu Kamu Waspadai

By Ahmad Rifai, Senin, 11 Desember 2017 | 20:49 WIB

Ilustrasi | Kompas Sains

Grid.ID - Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. 

Gejala yang muncul bila kita terkena difteri adalah sakit tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan pada amandel dan tenggorokan. 

Dalam kasus yang sudah lanjut, infeksi dapat menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf.

Infeksi kulit juga ditemukan pada beberapa pasien. 

(Baca juga: Hebat! Seorang Pria Tua Bekerja Demi Keluarganya, Berjualan Es Krim di Laut Lepas)

Racun yang dihasilkan oleh Corynebacterium dapat berbahaya bila tersebar ke bagian tubuh yang lain. 

Kasus difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana kesadaran akan pentingnya vaksinasi masih rendah. 

Difteri dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.

(Baca juga: Kakek-kakek Narsis Sering Facebook Live Dipuji Banyak Orang, Tapi Satu Netizen Malah Berkomentar Kasar dan Bikin Netizen Lain Geram dan Balik Menghujat)

Tanda dan Gejala 

Walaupun gejala yang paling mudah terlihat adalah pada mulut dan tenggorokan, namun difteri juga dapat dikenali dari beberapa tanda berikut:

(Baca juga: 5 Gaya Modis Iqbaal CJR yang Bikin Kamu Makin Gemes, Ganteng Banget!)

Anda harus menghubungi dokter bila gejala di atas muncul setelah Anda atau keluarga melakukan kontak dengan orang yang sudah dinyatakan terkena difteri. 

Namun, walaupun tidak terjadi kontak, kemungkinan penularan juga dapat terjadi melalui udara atau benda di sekitar kita yang sudah terkontaminasi.

(Baca juga: Tampil Beda di Hari Natal, Coba Saja Bentuk Alis Unik ala Beauty Blogger Ini! Bisa Makin Menyita Perhatian nih)

Pemicu Difteri

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang dapat terkena difteri, yaitu:

(Baca juga: Diet Paleo, Tren Diet Baru yang Mirip Cara Makan Manusia Purba)

Diagnosa Dokter 

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. 

Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. 

Dokter juga dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.

Guna pemeriksaan yang lebih pasti, dokter dapat melakukan biopsi terhadap sampel jaringan yang diduga terpapar dan memeriksakannya ke laboratorium. 

(Baca juga: Wah..Ini Potret Penampilan Dea Ananda dengan Sang Mama Saat Habiskan Waktu Bersama, Kompak Banget!)

Hasil dari laboratorium ini lah yang kemudian dapat digunakan secara pasti bagi dokter untuk menentukan apakah kita terkenda difteri atau tidak - walaupun memiliki gejala di atas.

Bila kita divonis terpapar diferi, dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat serius. 

Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri.

Pada kondisi tertentu, dokter akan menganjurkan pasien untuk dirawat inap agar dapat diobservasi dengan lebih baik.

(Baca juga: Masuk Usia 30 Tahunan, Taeyang BIG BANG Ungkap Rencana Wamil, Begini Katanya)

Apa yang Sebaiknya Dilakukan Bila Terkena Difteri? 

Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:

(Baca juga: Simak! Diramalkan, Ini 10 Destinasi Wisata yang Bakal Jadi Tren Wisata 2018, Nomor 8 Bisa Pindah-pindah nih)

Bila kita mengabaikan penyakit ini, komplikasi dapat terjadi dan tingkat bahaya akan semakin naik. 

Apa saja komplikasi yang dapat terjadi? Berikut ini kami paparkan:

(Baca juga: Hilangkan Stres dan Penat Dengan Melakukan Langkah Ini)

Lebih lanjut, difteri dapat merenggut nyawa. Bahkan walaupun telah mendapatkan pengobatan, 1 dari 10 penderita difteri meninggal dunia. 

Namun, jika tidak segera diobati, jumlah kematian meningkat menjadi 1:2. 

Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. 

Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. 

(Baca juga: Sambut Natal dengan Dress Merah Simpel, Contek yuk Penampilan Kate Middleton Agar Penampilanmu Makin Memesona)

Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. 

Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. 

Ini juga termasuk untuk orang dewasa.

(Baca juga: Rayakan Anniversary Pernikahan di Rumah Sakit, Begini Isi Postingan Istri Edison Wardhana)

Perilaku pencegah Difteri

Walaupun dapat ditangani oleh dokter dan tenaga medis, namun akan jauh lebih baik bila kita berperilaku sehat dan mencegah datangnya difteri. 

Tidak sulit, beberapa langkah dapat kita lakukan sendiri:

biasakan mencuci tangan agar segala penyakit dapat dicegah dari benda-benda terpapar yang kita sentuh

konsumsi makan kaya vitamin dan mineral agar kekebalan tubuh meningkat

konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak. Tidak hanya berperan dalam perkembangan otak, asam lemak juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh

lakukan imunisasi DPT dan beberapa imunisasi dasar untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk difteri

Artikel ini sebelumnya sudah pernah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul Mengenal Lebih Jauh Tentang Difteri yang Sedang Mewabah di Indonesia