Find Us On Social Media :

Kisah Dokter Wanita Pertama di Indonesia, Jalani 10 Tahun Pendidikan

By Alfa Pratama, Selasa, 24 April 2018 | 18:50 WIB

Ia mendapatkan beasiswa SOVIA (Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen) yang me

Grid.ID - Sejarah kedokteran Indonesia tidak bisa lepas dari Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera atau STOVIA.

Sekolah ini melahirkan dokter-dokter mumpuni yang berjasa bagi dunia kedokteran yang karyanya masih bisa kita nikmati hingga sekarang.

STOVIA juga bukan melulu soal belajar menjadi dokter.

Lebih dari itu, sekolah ini menjadi cikal bakal bangkitnya kesadaran dan kebangkitan semangat perjuangan di kalangan dokter.

Baca juga : Bella Shofie Diledek Netizen, Gara-Gara Mau Kuliah Kedokteran Yang Nggak Ribet

STOVIA bermulaa dari pendirian Sekolah Dokter Djawa pada tahun 1851 yang akhirnya berganti menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen).

Murid di STOVIA didominasi kaum laki–laki karena untuk wanita banyak ditolak saat mendaftar ke STOVIA.

Kondisi ini akhirnya berubah sejak Aletta Jacobs, dokter perempuan pertama di Belanda membawa perubahan yang cukup besar di kalangan STOVIA pada tahun 1912.

Kala itu, Aletta Jacobs bertemu dengan Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg untuk membahas salah satunya mengenai aturan yang menyulitkan wanita mendaftarkan ke STOVIA.

Setelah pertemuan ini akhirnya wanita bisa menikmati pendidikan di STOVIA tanpa mengalami penolakan.

Baca juga : Cacat Perang dan Keberhasilan Transplantasi Skrotum Pertama di Dunia