Find Us On Social Media :

Tips Mengelola Stres dan Kemarahan agar Kesehatan Mental Terjaga

By Devi Agustiana, Rabu, 27 Januari 2021 | 16:15 WIB

Ilustrasi stres Ternyata stres dan kemarahan bisa berkaitan satu sama lain, diperlukan beberapa tips agar keduanya terkendali demi kesehatan mental

Baca Juga: Mengenal Manfaat Stroberi, Si Merah Merona yang Bagus untuk Redakan Stres

3. Sikap

Beberapa orang cenderung menafsirkan hal-hal secara negatif sebagai masalah kebiasaan.

Mereka mungkin mengaitkan kesalahan orang lain dengan motif jahat atau tidak baik.

Mereka juga mungkin menganggap satu peristiwa negatif sebagai tanda bahwa lebih banyak peristiwa negatif akan datang, yang dapat menyebabkan kemarahan dan stres.

Baca Juga: Ternyata Bersih-bersih Rumah Punya Banyak Manfaat untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Stres

Kamu perlu tahu bahwa kemarahan dan stres adalah pengalaman alami.

Cara kita menghadapi kondisi itu dapat membuat perbedaan antara hidup sehat dan tidak sehat.

Misalnya dengan stres, kita tidak selalu dapat mencegah terjadinya peristiwa yang membuat stres.

Namun, mengelola stres melalui latihan pernapasan, membuat jurnal, atau teknik manajemen stres lainnya, dapat menetralkan efek stres itu.

Baca Juga: Tips Sederhana Redakan Stres Agar Lebih Bahagia, Yuk Lakukan Sekarang

Kita tidak selalu bisa mencegah terjadinya kemarahan, tetapi kita bisa mengatasi kemarahan kita dengan cara yang sehat agar tidak menjadi masalah.

Misalnya, kamu mengekspresikan perasaan dengan cara penuh hormat saat masih bisa dikendalikan, otomatis itu dapat menghentikannya perasaan marah atau kewalahan.

Saat kamu mengungkapkannya dengan cara yang negatif dan tidak sehat.

Saat itulah kemarahan menjadi masalah.

Baca Juga: Nggak Heran Ussy Sulistiawaty Ngaku Hilangkan Stres dengan Cium Aroma Parfum, Ternyata Hal Ini Juga Punya 10 Manfaat Buat Kesehatan

Jika kamu kesulitan mengelola amarah dan stres, pertimbangkan untuk berbicara dengan ahli.

Seorang ahli kesehatan mental dapat membantu menemukan cara sehat untuk mengatasi emosi dan mengatasi potensi penyebab yang mendasari, seperti depresi.

(*)