Find Us On Social Media :

1 dari 4 Anak Indonesia Mengalami Stunting, Harian Kompas dan Danone Indonesia Berikan Edukasi Pentingnya Awareness Masyarakat untuk Mencegah Tengkes

By Ragillita Desyaningrum, Rabu, 26 Januari 2022 | 18:06 WIB

Webinar yang diadakan Harian Kompas dan Danone Indonesia berjudul "Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan" pada Rabu (26/1/2022).

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.IDStunting pada anak hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang belum terselesaikan.

Berdasarkan data, jumlah kasus stunting di Indonesia masih berada di angka 24,4 persen di tahun 2021.

Artinya, ada satu dari empat anak di Indonesia yang mengalami stunting atau tengkes.

Walau sudah mengalami penurunan yang tadinya 27,7 persen di tahun 2019, angka ini masih dianggap kurang cukup.

Apalagi mengingat target pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka stunting di tahun 2024 sebanyak 14 persen.

Untuk itu, Harian Kompas bersama Danone Indonesia menyelenggarakan Webinar bertajuk “Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan”.

Acara ini diselenggarakan secara daring pada Rabu (26/1/2022) dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 Januari.

Tak tanggung-tanggung, acara ini menghadirkan beberapa narasumber penting seperti Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI Dr. Dhian P. Dipo MA, Kepala BKKBN RI dr. H. Hasto Wardoyo, Dokter Spesialis Anak & Guru Besar FKUI Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, dan Communications Directors Danone Indonesia Arif Mujahidin.

Baca Juga: Bayi Dua Tahun Rawan Kekurangan Gizi dan Berisiko Stunting, Simak Prinsip Pemberian Makan Sesuai Tahapan Anak Menurut Ahli Gizi UGM

Stunting atau tengkes sendiri merupakan kekurangan gizi anak di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

Menurut Prof. Damayanti, stunting disebabkan oleh dua hal yaitu asupan gizi yang kurang dan kebutuhan gizi yang meningkat.

Kebutuhan gizi yang meningkat ini bisa disebabkan oleh sakit, infeksi, prematuritas, alergi makanan, dan kelainan metabolisme.

Permasalahan stunting ini adalah hal yang serius karena bukan sekedar anak tumbuh tidak setinggi rata-rata anak lainnya.

Selain memperlambat perkembangan otak, ada efek jangka panjang berupa keterbelakangan mental hingga rendahnya kemampuan belajar.

Stunting juga dapat mempengaruhi pembakaran lemak yang kemudian meningkatkan risiko penyakit kronik saat dewasa seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan lainnya.

Mencegah stunting pun bukanlah permasalahan yang mudah karena dibutuhkan kerja sama dari banyak pihak.

Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes kini telah berupaya menurunkan angka stunting dengan melakukan intervensi spesifik dan sensitif.

Kemenkes berupaya untuk memperkuat kapasitas SDM dalam pemahaman apabila menemui kasus di lapangan agar dapat ditindaklanjuti dengan tepat.

Baca Juga: Pentingnya Protein Hewani dan Asam Amino Esensial untuk Cegah Stunting, Orang Tua Milenial Perlu Tahu

Selain Kemenkes, BKKBN sebagai pihak pelaksana pun telah menyusun Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting atau RAN PASTI.

Salah satu programnya adalah dengan mengidentifikasi pasangan yang akan menikah dengan tes kesehatan.

“Jadi, tiga bulan sebelum nikah harus diperiksa (kesehatan). Jangan cuma dikonseling aja. Periksa lingkar lengan atasnya berapa, tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuhnya, Hb (hemoglobin),” pungkas dr. Hasto.

Prof. Damayanti juga menyotori pentingnya pengukuran tinggi dan berat anak secara rutin sebelum usia dua tahun untuk mencegah stunting.

“Amati setiap bulan, mau di Posyandu atau Rumah Sakit, minta diukur dan dianalisis kenaikannya adekuat atau tidak. Begitu kenaikannya tidak adekuat, cepat cari pertolongan,” jelasnya.

Pasalnya, anak yang kenaikan berat dan tinggi badannya tidak adekuat sebelum usia dua tahun masih bisa diupayakan agar tidak menjadi stunting.

Untuk itulah diperlukan kesadaran dan pemahaman orangtua tentang standar tumbuh kembang anak demi mewujudkan generasi sehat.

Selain orangtua, dibutuhkan pula kerja sama berbagai pihak baik pemerintah maupun sektor swasta dalam menurunkan angka stunting.

Sebagai sektor swasta, Danone Indonesia turut berkontribusi dalam membantu pemerintah mengatasi permasalahan stunting.

 Baca Juga: Begini Tips Mengoptimalkan Pola Asuh untuk Mencegah Stunting di Masa Pandemi, Orang Tua Harus Tahu!

“Kami berperan dalam berkontribusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang isu kesehatan dan nutrisi, membangun kesadaran publik akan pentingnya gizi seimbang, serta mendorong kreativitas dalam menjalankan pola hidup sehat maupun inovasi dalam hal kesehatan, terutama di masa pandemi ini,” papar Arif Mujahidin.

Beberapa program berupa edukasi nutrisi dan gizi kepada masyarakat pun telah dijalankan seperti Isi Piringku, AksiCegah Stunting, Warung Anak Sehat, Generasi Sehat Indonesia (GESID), Tanggap Gizi Kesehatan dan Stunting (Tangkas), dan lainnya. (*)