Find Us On Social Media :

Kisah Mantan Agen Intelijen CIA yang Mencuri Data Pembelian Senjata Strategis Indonesia dari Rusia

By Seto Ajinugroho, Senin, 18 Juni 2018 | 10:22 WIB

CIA

Grid.ID - Central Intelligence Agency (CIA) merupakan badan Intelijen paling masif di dunia milik Amerika Serikat.

Operasi 'main belakang' CIA amat terkenal dan seringkali terlibat dalam pergolakan negara lain.

CIA tercatat beberapa kali menggelar operasi intelijen di Indonesia.

Salah satunya ialah mendanai dan mendukung pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1957 untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno.

BACA : Kisah Menegangkan Paspampres Indonesia Hampir Tembak PM Israel dan Pengawalnya

Masih ada juga Black Operation lain CIA di Indonesia termasuk dalam pergolakan peristiwa G30S PKI tahun 1965.

Salah satu operasi intelijen CIA di Indonesia adalah Operasi Habrink.

Operasi Habrink dilakukan CIA di Indonesia pada tahun 1960an.

Aktor utama dalam operasi ini adalah seorang agen CIA bernama David Henry Barnett.

BACA : Saat Inggris Berencana Menyerang Indonesia Dengan Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer TNI

Misi Henri Barnett dalam operasi Harbink cukup sederhana namun sulit dilakukan, yakni mengetahui senjata apa saja yang dibeli Indonesia dari Uni Soviet (Rusia) kala itu.

Asal tahu saja untuk merebut Irian Barat dalam operasi Trikora, pembelian senjata dari Uni Soviet ini merupakan pembelian skala besar berharga miliaran dolar Amerika.

Tentunya dengan pembelian besar-besaran itu membuat pihak barat khawatir bukan kepalang karena Soviet memasok persenjataan kelas satu ke Indonesia demi menjungkalkan Belanda di Irian Barat.

Menurut media Rusia Vzglyad, Barnett dan CIA berhasil menyuap beberapa pejabat Indonesia untuk bekerjasama dengannya agar membocorkan jenis senjata apa saja yang dipasok Soviet ke Indonesia.

Data pembelian senjata yang bocor ini kemudian dikirim ke kantor pusat CIA di Langley, Virginia.

BACA : Duel Udara Menegangkan F-16 TNI AU Saat Mencegat F-18 US Navy di Langit Bawean

Isian data pembelian senjata Indonesia itu amat penting bagi Amerika Serikat.

Bagaimana tidak, didalamnya termuat jenis data dan teknis senjata macam misil anti serangan udara SA-2 Guideline milik Indonesia, Pembom Tupolev TU-16, MiG 21, rudal Styx, rudal AS Kennel 1, KRI Irian hingga kemampuan kapal selam Whiskey class TNI AL pun tak luput dari pantauan Barnett.

Semua data intelijen kompilt mulai dari kemampuan senjata, buku manual pengoperasian, bentuk dan harganya.

Data ini menjadi amat vital bagi Amerika Serikat yang kala itu terlibat dalam perang Vietnam lantaran senjata lawan mereka, Vietnam Utara juga dipasok oleh Soviet sehingga senjata yang dimiliki Indonesia dan Vietnam Utara identik.

"Informasi mengenai persenjataan ini, tidak pernah tersedia dari sumber lain" kata jaksa Departemen Kehakiman AS, George G.Matava yang menuntut Barnett karena menjadi agen intelijen ganda.

"Lebih dari yang diperkirakan AS sebelumnya dan informasi itu sangat berharga karena dapat menyelamatkan ribuan nyawa tentara kami di Vietnam" tambah Matava.

Data-data tersebut kemudian diolah oleh CIA dan menyarankan Belanda agar jangan berperang melawan Indonesia demi mempertahankan Irian Barat karena bisa berakibat buruk.

Walaupun sepak terjang Barnett melakukan aksi mata-matanya terbilang mulus tapi berujung sial.

Barnett setelah melakukan operasi Harbink selama 10 tahun di Indonesia kemudian berhenti dari dunia spionase dan memilih berwirausaha sebagai pebisnis udang di Indonesia.

Namun usahanya bangkrut dan ia terlilit utang besar.

Tak ayak, Barnett kemudian menjual data-data dan seluk beluk operasi Habrink kepada musuh utama CIA yakni KGB Soviet.

Bukan hanya itu, ia juga memberikan daftar 30 nama orang Indonesia yang bekerjasama dengan CIA kepada KGB.

Ia menjual data-data operasi itu ke agen KGB di Jakarta seharga 100 ribu US Dolar.

Aksi menjual data intelijen ini kemudian tercium CIA dan mereka juga menyuap agen KGB bernama Vladimir V. Popov untuk menyampaikan pesan kepada Barnett untuk kembali ke Amerika karena akan dipekerjakan kembali oleh CIA.

Mendengar hal itu Barnett kemudian kembali ke Amerika tahun 1979, tapi apa lacur dirinya langsung ditangkap dan diadili sebagai pengkhianat negara, agen ganda.

Barnett kemudian dijebloskan ke penjara yang kemudian dibebaskan pada tahun 1990.(Seto Aji/Grid)