Find Us On Social Media :

Jelang Comeback Love Yourself: Answer, BTS Rilis Catatan Harian dari The Most Beautiful Moment In Life!

By Septi Nugrahaini Rahmawati, Selasa, 7 Agustus 2018 | 09:08 WIB

BTS

Laporan Wartawan Grid.ID, Septi Nugrahaini

Grid.ID - BTS kembali merilis sebuah notes untuk comeback terbarunya.

Seperti yang diketahui jika BTS akan merilis album repackaged bertajuk Love Yourself: Answer.

Love Yourself: Answer akan dirilis pada 24 Agustus 2018.

Notes tersebut diunggah di akun Twitter resmi milik Big Hit Entertainment pada Selasa (7/8/2018) waktu tengah malam Korea.

(BACA JUGA: Rayakan Setahun Debut, Wanna One Tulis Pesan Manis untuk Wannable!)

"Seokjin

3 Agustus tahun 22

Aku membuka pintu penyimpanan di kelas dan masuk ke dalamnya. Di malam musim panas, aku mencium bau jamur dan debu yang menyatu di udara lembab. Beberapa kilas balik melintas di pikiranku.

Sepatu berkilau, ekspresi wajah Namjoon ketika berdiri di luar pntu, pada hari di mana aku mengabaikan Hoseok dan kembali sendirian. Semuanya membuat kepalaku sakit dan perasaanku menjadi rumit.

Aku jatuh ke dalam perasaan yang rumit seperti sebuah rasa sakit, bisa jadi itu adalah sebuah ketakutan. Tanda saat aku terjatuh dengan tubuh dan hatiku sangat jelas. Aku harus keluar dari tempat ini.

Taehyung memegang tanganku, mungkin karena dia sadar dengan ekspresiku.

'Hyung, cobalah sedikit lagi. Cobalah untuk mengingat apa yang terjadi di sini.'

Aku menghempaskan tangannya dan berbalik. Kami sudah berjalan melewati panas selama beberapa jam. Aku benar-benar lelah.

Orang lain menatapku seperti tidak tahu apa yang harus dikatakan. Memori. Memori yang Taehyung bicarakan hanya sebuah kata tanpa arti untukku.

Mengatakan kalau aku melakukannya, mengatakan bahwa hal-hal itu terjadi padaku, mengatakan kalau kami melakukan sesuatu bersama.

Mungkin itu benar. Bahkan terlihat sangat benar. Tapi memori bukan tentang yang harus dipahami atau diterima. Bukan tentang pengalaman yang kamu dengar dan mengerti. Tapi harus lebih dalam mengakar di dalam hatimu, pikiranmu, dan jiwamu.

Tapi untukku, satu-satunya memori yang ada di tempat itu adalah hal buruk. Hal yang meyakitkanku, itu yang membuatku ingin keluar.

Perselisihan terjadi antara diriku dan Taehyung setelah aku mengatakan aku ingin kembali dan Taehyung mencoba untuk menghentikanku. Tapi kami berdua sama-sama kelelahan.

Memukul, menghindar, dan menahan terasa lebih lambat dan berat seperti berlangsung di dalam cairan yang kental yang panas. Dalam sekejap, kaki kami terjerat. Aku bertanya-tanya apakah pundakku menabrak dinding dan di saat berikutnya aku kehilangan keseimbangan dan tersandung.

Awalnya, aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena debu yang tebal, aku tidak bisa membuka mata atau bernapas. Aku mulai batuk. 'Apakah kamu baik-baik saja?' Saat seseorang bicara, aku sadar kalau aku terjatuh di lantai.

Saat aku bangun, aku menyadari sesuatu yang ku pikir adalah tembok telah runtuh. Kami menghabiskan banyak waktu di sini. Seseorang berkata, 'Tidak ada yang membayangkan akan ada tempat di luar dinding.'

Tapi apa itu? Saat debut telah mengendap, kami melihat ada sebuah lemari di ruang kosong.

Namjoon membuka pintu lemari. Aku maju ke depan. Ada sebuah catatan di dalamnya. Namjoon mengambil catatan itu dan kembali ke halaman awal. Aku berhenti bernapas untuk sesaat.

Di halaman pertama catatan itu muncul nama yang tidak pernah ku duga. Itu adalah nama ayahku. Namjoon seperti ingin membalik ke halaman selanjutnya, tapi aku merebutnya.

Namjoon terkejut melihatku, tapi aku tidak peduli. Aku membolak-balik halamannya di sela-sela jariku, catatan itu tampak akan hancur.

Apa yang ditulis oleh ayahku di catatan itu adalah sebuah bukiu harian yang dia lakukan dengan temannya di masa sekolah menengah. Itu bukan penjelasan tentang apa yang terjadi sehari-hari. Beberapa bulan dilewati dan ada halaman yang dibuat tak terbaca oleh sesuatu yang tampak seperti noda darah.

Tapi aku tahu bahwa ayahku mengalami hal yang sama denganku. Dia membuat kesalahan sama sepertiku dan belari terus berlari untuk menebusnya.

Hal-hal yang ditulis oleh ayahku di catatan itu adalah catatan kegagalan. Pada akhirnya, ayahku menyerah dan gagal. Dia lupa dan menghindarinya dan membiarkan temannya kecewa.

Di akhir halaman dengan tanggal yang tertulis hanya ada noda tinta hitam pekat yang sudah dioleskan. Berlanjut ke halaman kosong selanjutnya, halaman setelah itu dan semua halaman terakhir. Noda yang menunjukkan kegagalan ayahku dengan jelas.

Aku tidak yakin berapa lama waktu berlalu, semuanya terasa mendung. Karena angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela telah menjadi dingin, sepertinya waktu paling gelap hari itu, waktu tepat sebelum matahari terbit. Namjoon dan yang lainnya semuanya tidur di lantai. Aku melihat ke dinding. Aku telah melihat nama ayahku di dinding di suatu tempat. Di bawahnya ada kalimat ini. Semuanya dimulai di sini.

Aku merasakan sesuatu memancar dari ujung jari saya ketika aku menutup buku itu. Ada huruf-huruf buram di atas tanda tinta. Aku merasakan sesuatu berkabut dari luar jendela. Sepertinya matahari baru saja akan terbit. Tapi malam masih belum berakhir. Itu bukan malam, dan itu bukan fajar. Dalam campuran kegelapan dan cahaya berkabut, huruf-huruf muncul di antara garis-garis dalam noda hitam legam.

Catatan itu menyimpan kenangan yang lebih dari sekadar catatan. Di atas surat-surat, di pinggiran dan kosong, ada hal-hal yang telah diputuskan oleh ayahku untuk dilupakan, hal-hal yang telah diputuskannya untuk tidak diingatnya. Tanda yang dicetak masih ada setelah warnanya memudar. Di bawah jemariku, ada pusaran dari apa yang diderita ayahku dan ketakutannya, keputusasaannya yang tampaknya tidak dapat diatasi dan harapan samar. Sebuah peta yang tetap mengingatkan jiwa ayahku.

Aku menangis segera setelah aku menutup catatan itu. Setelah duduk seperti itu untuk waktu yang lama, aku mengangkat kepalaku, dan teman-temanku masih tertidur. Aku melihat mereka masing-masing.

Aku tidak tahu apakah mungkin kami harus kembali ke tempat ini. Bagi kami, semuanya dimulai di sini. Kami belajar tentang arti melakukan berbagai hal bersama dan sukacita tertawa bersama. Kesalahan pertama saya yang tidak pernah bisa ku ucapkan dengan lantang, itu tetap seperti luka menganga.

Aku bertanya-tanya apakah semua ini bukan kebetulan. Mungkin aku harus tiba di sini pada akhirnya. Itulah satu-satunya cara bagiku untuk menemukan makna dalam kesalahan yang ku buat, dan rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh mereka, dan bagiku akhirnya dapat mengambil langkah pertama dalam menemukan peta jiwaku sendiri."

(*)