Laporan Wartawan Grid.ID, Siti Maesaroh
Grid.ID - Beberapa hari belakangan, publik sempat dihebohkan dengan berita tentang adanya Keraton Agung Sejagat yang terletak di Desa Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.
Keraton tersebut bahkan memiliki seorang raja dan ratu yang mengaku memiliki 450 anggota dan telah mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Melansir dari Kompas.com, sang raja dan ratu yang memimpin keraton tersebut bernama Totok yang membubuhkan gelar Sinuhun di depan namanya.
Sementara istrinya yang menduduki jabatan sebagai ratu diketahui bernama Fanni Aminadia yang mengaku ingin dipanggil dengan sebutan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja.
Selain mengaku sebagai raja dan ratu, keduanya bahkan nekat mengundang awak media untuk meliput singgasana dan kerajaan yang dimilikinya.
Gara-gara hal itu pula lah Keraton Agung Sejagat langsung viral dan jadi perbincangan banyak orang.
Namun usut punya usut, keduanya diketahui telah melakukan penipuan dengan mengiming-imingi akan memberikan uang kepada siapa pun yang ingin menjadi bagian dari keratonnya.
Keduanya bahkan diketahui telah ditetapkan sebagai tersangka karena menarik dana dari masyarakat dengan menggunakan tipu daya.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengatakan keduanya bahkan menggunakan berbagai simbol, dan ideologi palsu untuk menarik korbannya.
"Dengan simbol-simbol kerajaan, tawarkan harapan dengan ideologi, kehidupan akan berubah. Semua simbol itu palsu," katanya.
Karena dianggap telah meresahkan, polisi langsung bertindak tegas menangkap pelaku untuk mencegah terjadinya korban lebih banyak.
Sementara itu, melansir dari Tribun Jateng saat berusaha untuk meyakinkan korbannya Totok dan Fanni sampai nekat memasang berbagai atribut untuk lebih meyakinkan.
Salah satunya prasasti berbentuk batu yang dihiasi ukiran naga dan sperma yang dipasang di keraton.
Pada batu itu juga terdapat ukiran simbol siang atau malam, hitam atau putih, atau juga sperma yang melambangkan kehidupan.
Ada pula gambar simbol dua macam sebagai simbol penjaga serta ukiran empat penjuru mata angin, dan logo kerajaan Majapahit.
Pada bagian bawah batu ada gambar baruna naga yang artinya lautan.
Keberadaan batu tersebut pun sempat meresahkan anak-anak yang tinggal di sekitaran daerah tersebut.
Sumarni salah satu warga mengaku di dekat batu tersebut terdapat dupa dan berbagai macam sesaji.
Bahkan anak-anak yang melihatnya akan langsung dibuat ngeri ketakutan.
"Otomatis anak-anak kecil yang pada melihat merasa ngeri saat itu, bahkan membuat anak-anak malam harinya yang biasanya berangkat mengaji merasa takut dan tidak mengaji," katanya.
Batu tersebut bahkan dibalut dengan kain mori atau kafan yang menambah unsur mistis.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, batu prasasti tersebut ternyata dibuat dan diukir oleh seorang empu bernama Wijoyo Guno.
Tak cuma itu, terungkap pula sebelum ikut menjadi punggawa atau anggota Keraton Agung Sejagat ia memang berprofesi sebagai tukang relief yang membuat pahatan.
"Saya kerja serabutan, tapi kanjeng Sinuhun yang meminta saya membuatkan ukiran ini sehingga saya membuat, soal design berasal dari Sinuhun itu sendiri," ungkapnya.
(*)
Source | : | Tribun Jateng,Kompas |
Penulis | : | Siti Maesaroh |
Editor | : | Siti Maesaroh |