Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Saat bulan Ramadhan, kurma adalah makanan yang paling identik dan sering dikonsumsi.
Bukan hanya lezat, buah ini juga memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh manusia.
Yang perlu diketahui, sebenarnya kurma tak hanya tersedia saat umat muslim menjalankan ibadah puasa saja.
Pada hari biasa kamu juga bisa mengonsumsinya.
Tinggi glukosa
Pakar Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Nurfi Afriansyah menjelaskan, pada saat berbuka puasa, tubuh perlu segera memperoleh sediaan energi siap serap dalam bentuk glukosa untuk tiap sel hidupnya, terutama sel-sel otak dan saraf.
Glukosa adalah jenis karbohidrat paling sederha, gula utama dalam darah, dan bahan bakar dasar bagi tubuh.
Ia esensial untuk berfungsinya seluruh sel, khususnya sel-sel otak dan saraf.
Glukosa memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus kecil, melintasi sel-sel tubuh dan hati.
Baca Juga: Ramadhan 2020: 4 Tips Puasa yang Perlu Dilakukan untuk Mencegah Dehidrasi dan Sakit Kepala
Dengan bantuan hormon insulin, sel-sel menyerap glukosa dan memanfaatkannya sebagai energi.
Kurma menurut peneliti pada Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Balitbangkes Kemenkes itu mengandung energi dan gula jenis glukosa yang tergolong amat tinggi.
Yaitu setiap 100 gram kurma terkandung energi sebesar 271 kcal (kilokalori) dan glukosa sekitar 25 gram.
“Dibandingkan dengan beberapa buah-buahan lain, jumlah gula (total) dan glukosa kurma memang jauh lebih tinggi, sedangkan kadar energinya hanya kalah dengan kismis. Yaitu 289 berbanding 271,” kata Nurfi seperti dikutip dari Harian Kompas, (24/11/2001).
Baca Juga: Sudah 3 Tahun Cerai, Tsania Marwa Ungkap Alasan Ajukan Gugatan Harta Gono Gini
Nurfi menjelaskan, energi yang didapat dengan mengonsumsi kurma 100 gram kira-kira setara dengan energi yang diperoleh dengan mengonsumsi nasi 150 gram.
Bedanya, sebagian besar gula yang ada pada nasi berbentuk karbohidrat kompleks sehingga perlu dipecah dulu menjadi glukosa untuk dapat dimanfaatkan sebagai energi.
Sedangkan sebagian besar gula yang terdapat dalam kurma sudah berupa glukosa sehingga dapat langsung dipakai sebagai energi.
Dengan alasan tersebut, mengonsumsi kurma sewaktu mengawali berbuka puasa jelas lebih baik daripada mengonsumsi makanan lain sumber karbohidrat kompleks seperti nasi.
Baca Juga: Sambut Puasa Tanpa Kiwil, Meggy Wulandari Tetap Bersyukur Walaupun Ramadhan Kali Ini Sedikit Berbeda
Menyehatkan jantung dan pembuluh darah
Pesona gizi kurma tak berhenti sampai di situ.
Kurma juga menyediakan beberapa zat gizi dan zat nirgizi penting, seperti kalium, magnesium, niasin, dan serat dalam jumlah yang dapat diandalkan.
Keempat zat itu memiliki fungsi penting bagi jantung dan pembuluh darah.
Kalium berperan membuat jantung dapat berdenyut teratur, mengaktifkan kontraksi otot, mengendalikan keseimbangan air dalam jaringan dan sel-sel tubuh, serta membantu mengatur tekanan darah.
Alumnus Griffith University School of Public Health, Brisbane, Queensland, Australia itu menjelaskan, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa makanan yang sarat kalium, minimal 400 mg per hari, dapat mengurangi risiko stroke.
Sedangkan magnesium membantu fungsi sarat kalium, minimal 400 mg per hari, dapat mengurangi risiko stroke
Magnesium juga membantu fungsi saraf dan otot, termasuk pengaturan irama jantung, agar tetap normal.
Niasin membantu pelepasan energi dari makanan, serta menjaga fungsi kulit, saraf, dan sistem pencernaan agar tetap normal.
Ia diduga kuat pula berperan melawan penyakit jantung.
Sementara sejumlah penelitian menunjukkan, asupan (intake) serat yang tinggi dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan menghambat penyerapan lemak atau kolesterol pada usus besar.
Mengurangi asam lambung
Penelitian pun memperlihatkan bahwa ketika tubuh sedang berpuasa di bulan Ramadhan, kadar asam lambung meningkat, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti rasa panas dan "berat" pada lambung, serta mulut asam.
Makanan pemasok serat unggul, seperti kurma, dapat menggerakkan aksi otot, mengaduk-aduk dan memecahnya menjadi partikel-partikel kecil.
Kemudian, mengikat asam-asam empedu dan membuka area antara lambung dengan usus duabelas jari dan pangkal usus halus, serta mengeluarkan sisa pencernaan makanan lewat usus kecil.
“Jadi, kurma sebagai makanan sarat serat dapat membantu mengurangi keasaman lambung dan kelebihan asam-asam empedu.
Karena serat berperan dalam pengeluaran sisa pencernaan makanan, kurma sebagai sumber serat mampu mencegah sembelit,” jelas dia.
Nilai gizi utama kurma
Kurma dapat dimakan langsung dalam keadaan segar atau kering.
Di samping itu, buah tersebut juga dapat digunakan dalam berbagai hidangan, seperti aneka produk roti, permen, es krim, selada, dan sirup.
Di Arab, kurma lazim dikonsumsi bersama hasil olahan susu.
Nilai gizi utama kurma terletak pada kandungan karbohidrat sederhananya, alias gulanya, yang tinggi.
Kandungan karbohidrat kurma berkisar dari sekitar 60 persen pada kurma lembek (kurma yang dipanen saat masih lembek dan mentah) hingga sekitar 70 persen pada kurma kering (kurma yang mengering di pohon, terjemur matahari).
Sebagian besar varietas kurma mengandung gula glukosa atau fruktosa (jenis gula yang dijumpai dalam sebagian besar buah-buahan).
Namun, satu varietasnya yang bernama “deglet nour” hanya mengandung gula sukrosa-dikenal sebagai gula pasir.
Kandungan gulanya yang tinggi dan mudah dicerna ini menyebabkan kurma dapat memberikan energi yang tinggi.
Itulah sebabnya mengapa kurma dianggap sebagai buah yang ideal untuk santapan pembuka puasa.
(*)