Find Us On Social Media :

Hampir 50 Juta Orang di Dunia Mengalami Epilepsi, Ternyata Hal-hal Ini Bisa Jadi Faktor Risikonya

By Ragillita Desyaningrum, Jumat, 17 Juni 2022 | 11:09 WIB

Ilustrasi

Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum

Grid.ID – Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan istilah epilepsi atau ayan.

Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan kejang atau periode perilaku tidak biasa, sensasi dan kadang-kadang pingsan.

Gangguan epilepsi atau ayan ini bisa terjadi karena aktivitas otak yang tidak normal atau tidak biasa.

Otak merupakan organ yang terdiri dari jutaan sel saraf yang menggunakan listrik untuk mengontrol fungsi tubuh, indera, dan pikiran.

Nah, apabila ada sinyal yang terganggu, seseorang mungkin mengalami serangan kejang atau epilepsi.

Melansir Kompas.com, menurut WHO, epilepsi ternyata dialami oleh hampir 50 juta orang di dunia.

Penderita epilepsi juga punya risiko kematian dini yang tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.

Bahayanya lagi, epilepsi atau ayan lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Baca Juga: Gak Cuma Cegah Dehidrasi, Inilah 5 Manfaat Minum Air Putih saat Perut Kosong yang Penting untuk Diketahui, Efeknya Sangat Luar Biasa bagi Tubuhmu! 

Hal ini sesuai dengan data dari Journal of The American Academy of Pediatrics, di mana kondisi neurologis kronis paling sering terjadi pada anak-anak.

Kendati demikian, bukan berarti orang dewasa tidak bisa mengalami epilepsi atau ayan.

Selain itu, melansir Parapuan.co, sebuah studi yang dilakukan dari tahun 1990 hingga 2017 menyebutkan bahwa laki-laki lebih sering mengalami epilepsi dibandingkan perempuan.

Tak hanya usia dan jenis kelamin, masih ada banyak faktor risiko yang berpotensi menyebabkan epilepsi.

Di antaranya adalah genetik atau keturunan, adanya cedera pada kepala, penyakit serius atau demam yang sangat tinggi, penyakit seperti stroke, tumor, dan demensia, penggunaan beberapa obat, hingga kondisi menular seperti HIV dan AIDS, serta meningitis.

Gejala epilepsi sebenarnya bisa bervariasi dan tergantung pada jenis kejangnya.

Saat ini telah dikenal beberapa jenis kejang seperti kejang parsial yaitu kejang yang muncuk akibat aktivitas abnormal hanya di satu area otak dan kejang umum yang melibatkan semua area otak.

Kejang umum sendiri terbagi menjadi enam jenis yaitu kejang absen, kejang tonik, kejang atonik, kejang klonik, kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik.

Nah, biasanya ada tanda ataupun gejala saat mengalami kejang karena epilepsi, yaitu:

Baca Juga: Dijuluki sebagai Buah Pemuas Dahaga, Ternyata Ini 5 Manfaat Makan Semangka Selama Kehamilan, Bisa Bantu Jaga Kesehatan Ibu dan Janin Lho!

- Kebingungan sementara- Mata menatap kosong- Gejala menyentak lengan dan kaki yang tidak terkendali- Hilangnya kesadaran- Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan, atau déjà vu

Perlu diketahui bahwa bisa tidaknya epilepsi disembuhkan bergantung pada jenis dan faktor penyebabnya.

Namun, penyakit ini bisa dikontrol dengan obat supaya tidak mudah kumat.

Menurut Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Fajar Maskuri, M.Sc., Sp.S, epilepsi harus segera diberikan penanganan medis yang cepat dan tepat.

Pasalnya, semakin sering seseorang mengalami kejang, maka akan semakin banyak sel-sel otak yang rusak sehingga bisa terjadi kerusakan yang lebih berat.

Baca Juga: Ingin Program Dietmu Lebih Maksimal? Inilah 5 Makanan yang Bisa Bantu Tingkatkan Metabolisme Tubuhmu

(*)