Find Us On Social Media :

Kenekatan Presiden Indonesia Berkunjung ke Bosnia Saat Negara Itu Dilanda Perang Hingga Diintai Oleh Sniper Serbia

By Seto Ajinugroho, Kamis, 14 Juni 2018 | 14:10 WIB

Soeharto

Grid.ID - Indonesia terkenal dengan politik luar negerinya yang bebas-aktif.

Sehingga dengan politik luar negeri seperti itu Indonesia menekankan perdamaian dunia dan anti dengan persekutuan pertahanan.

Politik itu sudah dijalankan sedari Indonesia sedari dipimpin oleh presiden Soekarno sampai dengan Joko Widodo.

Salah satu wujud nyata dari politik bebas aktif Indonesia itu adalah kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia.

BACA : Joshua Milton Blahyi, Jenderal Berpaham Klenik yang Pergi Berperang Dalam Keadaan Telanjang Tanpa Pakaian

Tepatnya tahun 13 Maret 1995 pak Harto kala itu sedang menghadiri KTT Pembangunan Sosial di Kroasia.

Di Kroasia pak Harto bertemu dengan Presiden Franjo Tudman dan PM Nikica Valentic di Istana Dvetce untuk membahas berbagai macam hal di KTT Pembangunan Sosial.

Namun tiba-tiba muka para staf, pengawal dan wartawan kepresidenan Indonesia mendadak pucat pasi ketika mengetahui niatan pak Harto setelah KTT itu kelar.

Beliau tak mau pulang ke Indonesia dan ingin lebih dulu berkunjung ke Bosnia.

Bagaimana wajah staf presiden tidak pucat lantaran di tahun itu Bosnia sedang dilanda perang melawan Serbia dan negara tersebut termasuk dalam zona merah PBB saking berbahayanya.

BACA : Kisah Menegangkan Paspampres Indonesia Hampir Tembak PM Israel dan Pengawalnya

"Pasti pak Harto nekat!"

"Pikiran saya selalu tertuju pada keselamatan Pak Harto" ujar sekretaris militer presiden saat itu, Mayjen TNI Pranowo.

Padahal sebelumnya pesawat utusan khusus sekjen PBB untuk Bosnia-Serbia Yasushi Akashi yang jelas-jelas dilindungi oleh PBB ditembaki oleh gerilya tentara Serbia di Bosnia.

"Bayangkan, bagaimana kita tidak ngeri. Jaminan untuk Presiden kita apa dong, sedangkan Akashi saja diganggu ke Bosnia" ujar salah satu sumber staf presiden kala itu.

Jangankan pak Harto, Paus dan presiden Turki pun tak berani menginjakkan kakinya ke Bosnia karena keselamatan jiwa mereka terancam disana.

Tapi pak Harto tetap kukuh dengan pendiriannya, ia akan ke Bosnia saat itu juga!

BACA : Piala Dunia 2018 Segera Dimulai, Cek Jadwal Komplit Pertandingannya Disini!

Sementara itu di bandara Internasional Zagreb telah tersedia pesawat buatan Rusia jenis JAK-40 dengan nomor penerbangan RA 81439.

Pesawat kecil berkapasitas 24 kursi inilah yang akan mengangkut pak Harto dan rombongan ke Bosnia.

"Selamat jalan Pak! Hati-hati bapak-bapak yang lain!!" ujar para wartawan yang batal ikut ke Bosnia karena keadaan bahaya disana, hanya dua orang pers saja yang ikut dalam rombongan pak Harto.

Berselimut mantel hitam tebal pak Harto lantas naik ke pesawat, saat itu ketegangan juga terlihat di raut muka presiden RI ke dua tersebut.

Pesawat segera lepas landas menuju Bosnia dan saat perjalanan anggota United Nations Protection Force (UNPROFOR) pasukan perdamaian PBB di Bosnia, segera membagikan lembaran kertas putih ke semua penumpang.

Isi dalam lembaran kertas itu adalah PBB tidak bertanggung jawab atas keselamatan penumpang selama perjalanan termasuk bagi pak Harto.

Pak Harto tanpa peduli lagi langsung membubuhkan tanda tangannya di kertas pernyataan tersebut, "Dia main tandatangan saja lho!" ujar salah satu sumber staf presiden.

Perjalanan serasa tegang sekali dan saat mendarat di bandara Sarajevo pesawat yang ditumpangi pak Harto sudah dibidik oleh senapan anti pesawat udara kaliber 12,7mm oleh pihak Serbia.

Sesampainya di Sarajaevo pak Harto mulai membandel lagi, ia melepaskan helm pelindung dan rompi anti peluru dari badannya.

"Eh, Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," ujar Soeharto pada Sjafrie Sjamsoeddin, komandan grup A pengaman presiden.

Sekarang pak Harto hanya mengenakan jas mantel hitam serta kopiahnya saja, sasaran empuk untuk ditembak oleh sniper.

Setelah itu 40 anggota UNPROFOR termasuk dari kontingen Garuda yang berasal dari Indonesia segera memagari pak Harto dan ia disambut oleh Yasushi Akashi.

Segera tanpa penyambutan seremonial, tanpa lagu kebangsaan dengan terburu-buru pak Harto dan rombongan lantas dimasukkan kedalam panser lapis baja warna putih bertuliskan UN.

Perjalanan menuju Istana Presiden Bosnia, Alija Lzetbegovic segera dimulai.

Rombongan mulai was-was dengan perjalanan ini.

Bagaimana tidak, nantinya mereka akan melewati bukit-bukit yang disebut Sniper Valley dimana para sniper Serbia sering bergentayangan untuk mencari mangsanya disitu.

Saat melewati bukit itu pastilah para sniper Serbia sudah mengarahkan bidikkannya ke arah rombongan panser pak Harto.

Namun untungnya semua berjalan lancar dan beliau tiba dengan selamat di istana presiden Bosnia.

Ketika pak Harto keluar dari pansernya, ratusan penduduk Sarajevo dan berteriak sambil melambaikan tangan dengan hangat menyambut kedatangan beliau.

Presiden Bosnia, Alija Lzetbegovic segera mengajak pak Harto masuk istananya dan makan siang bersama.

Istana kepresidenan Bosnia saat itu kondisinya sangat memprihatinkan, rusak sana-sini, tak ada air dan jamuan makan pun hanya daging serta keju beku.

"Terasa betul daging yang dihidangkan sudah lama disimpan di frisher. Lalu potongan kejunya… astaga… setipis potongan silet. Sunggh menyedihkan. Belum lagi para pengawal istana yang melihat hidangan kami dengan ngiler. Mereka sudah lama tidak mencicipi makanan enak. Mengharukan sekali sehingga membuat kami juga jadi tak enak makan. Pergi ke kamar mandi. WCnya tak ada air, hanya disediakan air dalam satu ember kecil saja. Istana pun seperti keadaan kantor biasa" ujar salah satu staf kepresidenan Indonesia.

Presiden Bosnia tampak bahagia sekali pak Harto mau berkunjung ke negaranya yang sedang dilanda perang.

Menurutnya kunjungan beliau itu dijadikan semangat moril para rakyat Bosnia dalam melawan penindasan Serbia.

Kunjungan selama 3 jam itu akhirnya selesai dan pak Harto pamit pulang ke Indonesia walaupun saat itu terdengar tembakan meriam tak jauh dari istana presiden Bosnia.

Setelah meninggalkan istana presiden Bosnia, komandan pengawal pengamanan presiden, Sjafrie Sjamsoeddin bertanya pada pak Harto kenapa beliau nekat berkunjung ke sana.

"Ya kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang ya kita datang saja. Kita tengok. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik dan mereka menjadi tambah semangat," jawab pak Harto.(Seto Aji/Grid)