Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan menganalisis sampel darah tali pusat dari sebagian yang lahir.
Dalam analisis tersebut juga dijalankan tes positif untuk antibodi, alhasil bayi-bayi itu ternyata mempunyai kekebalan yang pasif.
Selanjutnya, jumlah antibodi yang bisa ditransfer kepada bayi ternyata sangat tergantung kepada jenis dan jumlah antibodi yang dimiliki oleh sang ibu.
Baca Juga: Dilaporkan Rio Reifan dengan Dugaan Kejahatan Perkawinan, Sandy Tumiwa: Berpikir Sebelum Bertindak!
Tak hanya itu, kapan sang ibu tertular covid-19 juga turut menentukan tentang berapa banyak jumlah antibodi yang bisa diterima bayi.
"Semakin lama waktu antara infeksi dan persalinan ibu, semakin besar transfer antibodi," ujar penulis studi Dr. Karen Puopolo dan Dr. Scott Hensley dari Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania Parelman, dikutip Grid.ID dari kompas.com.
Hal tersebut ternyata juga bisa terjadi pada ibu hamil yang mengalami atau tidak mengalami gejala Covid-19 selama terpapar virus itu.
Antibodi yang ditransfer kepada bayi memang dapat memberikan perlindungan kepada sang buah hati yang baru lahir.
Namun, untuk menentukan tingkat dan jenis antibodi yang diperlukan untuk melindungi bayi dari virus Covid-19, serta berapa lama antibodi itu bisa bertahan dalam sirkulasi bayi yang baru lahir, ternyata masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Sementara itu, dalam studi terbaru, sebuah tim peneliti secara khusus melakukan pengujian terhadap antibodi yang menempel pada protein spike virus corona, struktur yang menempel pada permukaan virus.
Antibodi yang dicari oleh tim peneliti adalah 'domain pengikat reseptor' atau (RBD).
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Bella Ayu Kurnia Putri |
Editor | : | Nurul Nareswari |