Laporan Wartawan Grid.ID, Bella Ayu Kurnia Putri
Grid.ID - Kabar bahagia datang dari pasangan Rizki DA dan Nadya Mustika.
Pasalnya kedua sejoli tersebut akhirnya bisa menimang buah hati mereka.
Melansir dari berita Grid.ID sebelumnya, Nadya Mustika telah mekahirkan buah hati pertamanya pada Selasa (13/4/2021).
Sayangnya, kebahagiaan itu mesti diselingi dengan kabar kurang mengenakkan.
Baca Juga: Sandy Tumiwa Minta Polisi Hentikan Kasus yang Dilaporkan Rio Reifan atas Dirinya dan Henny Mona
Hal itu lantaran Nadya Mustika dikabarkan melahirkan dalam kondisi positif terpapar virus Corona.
Lalu, benarkah bayi yang lahir dari ibu yang terpapar virus tersebut tidak selalu memiliki antibodi Covid-19?.
Dikutip dari kompas.com, sejatinya dari data awal menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus corona akan memiliki kekebalan terhadap virus itu.
Namun, dalam sebuah studi baru yang diterbitkan pada Jurnal JAMA Pediatrics (29/1/2021), para ilmuwan telah menganalisis sampel darah dari 1.470 wanita hamil.
Dari 1.470 wanita tersebut, 83 diantaranya positif antibodi SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, saat proses melahirkan.
Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan menganalisis sampel darah tali pusat dari sebagian yang lahir.
Dalam analisis tersebut juga dijalankan tes positif untuk antibodi, alhasil bayi-bayi itu ternyata mempunyai kekebalan yang pasif.
Selanjutnya, jumlah antibodi yang bisa ditransfer kepada bayi ternyata sangat tergantung kepada jenis dan jumlah antibodi yang dimiliki oleh sang ibu.
Baca Juga: Dilaporkan Rio Reifan dengan Dugaan Kejahatan Perkawinan, Sandy Tumiwa: Berpikir Sebelum Bertindak!
Tak hanya itu, kapan sang ibu tertular covid-19 juga turut menentukan tentang berapa banyak jumlah antibodi yang bisa diterima bayi.
"Semakin lama waktu antara infeksi dan persalinan ibu, semakin besar transfer antibodi," ujar penulis studi Dr. Karen Puopolo dan Dr. Scott Hensley dari Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania Parelman, dikutip Grid.ID dari kompas.com.
Hal tersebut ternyata juga bisa terjadi pada ibu hamil yang mengalami atau tidak mengalami gejala Covid-19 selama terpapar virus itu.
Antibodi yang ditransfer kepada bayi memang dapat memberikan perlindungan kepada sang buah hati yang baru lahir.
Namun, untuk menentukan tingkat dan jenis antibodi yang diperlukan untuk melindungi bayi dari virus Covid-19, serta berapa lama antibodi itu bisa bertahan dalam sirkulasi bayi yang baru lahir, ternyata masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Sementara itu, dalam studi terbaru, sebuah tim peneliti secara khusus melakukan pengujian terhadap antibodi yang menempel pada protein spike virus corona, struktur yang menempel pada permukaan virus.
Antibodi yang dicari oleh tim peneliti adalah 'domain pengikat reseptor' atau (RBD).
Baca Juga: Nadya Mustika Rahayu Melahirkan Anak Pertama, Ridho Ungkap Kondisi Istri Rizki 2R dan Sang Buah Hati
Antibodi RBD ini mempunyai peran penting untuk menetralkan virus Covid-19.
Namun, menurut Munoz- Rivas, tidak semua antibodi RBD bisa melewati plasenta.
Hal itu lantaran plasenta hanya memungkinkan antibodi tertentu yang bisa masuk.
"Biasanya, hanya antibodi kecil berbentuk Y yang disebut imunoglobin G (IgG) yang dapat masuk ke dalam reseptor, sehingga mereka sendiri dapat mencapai janin dan memberikan perlindungan kekebalan," kata dia.
Baca Juga: Selamat! Pemeran Film Home Alone, Macaulay Culkin Akhirnya Dikaruniai Momongan
Oleh karena itu, tidak semua bayi bisa mendapatkan perlindungan kekebalan.
Terdapat 83 bayi dan 72 di antaranya lahir dari ibu dengan antibodi posittif yang memiliki IgG dalam tali pusatnya.
Dan jumlah keseluruhan tersebut berhubungan dengan konsentrasi IgG dalam darah sang ibu.
Sementara itu, 11 bayi lainnya yang memiliki hasil antibodi negatif, kemungkinan mempunyai 2 alasan.
Enam dari ibu bayi mempunyai tingkat IgG yang termasuk rendah.
Hal itu bisa saja menunjukkan bahwa para ibu tersebut kemungkinan melahirkan pada masa awal infeksi.
Sehingga, mereka tidak ada cukup waktu untuk mereka memproduksi dan mentransfer antibodi melalui plasenta.
Alasan lainnya adalah, ibu-ibu itu hanya dinyatakan positif memiliki antibodi IgM, di mana antibodi itu tidak bisa masuk ke dalam plasenta.
"Antibodi IgM muncul di awal infeksi dan kemudian menghilang begitu infeksi sembuh. jadi lima ibu yang hanya dites positif IgM berada pada tahap paling awal infeksi. Tapi, jika antibodi IgM muncul pada janin atau bayi baru lahir, hal ini menandakan bahwa janin tersebut terinfeksi virus secara langsung," kata Munoz- Rivas.
Pada penelitian tersebut, tidak ditemui IgM untuk Covid-19 yang terdeteksi di sampel darah tali pusat.
Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada bayi yang terpapar corona saat mereka masih dalam kandungan.
Tetapi, para peneliti ini mengatakan jika mereka tidak dapat memastikan apakah SARS-CoV-2 tidak bisa menular kepada bayi sebelum dilahirkan.
(*)
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Bella Ayu Kurnia Putri |
Editor | : | Nurul Nareswari |