Grid.ID - Sebuah kabar duka datang di tengah wabah virus corona yang tengah melanda Tanah Air.
Pasalnya, seorang jurnalis di televisi swasta nasional mengabarkan bahwa sang putra, Fabyan Devara (16) meninggal dunia setelah terindikasi terjangkit covid-19.
Namun anehnya, Fabyan Devara tak menunjukkan gejala layaknya pasien positif virus corona pada umumnya.
Kabar ini mulai viral sejak Fabyan Devara membagikan kronologi kematian putranya melalui akun FaceBook pribadinya.
Sebelumnya, Fabyan sempat didiagnosa terkena stroke dan dirawat di Rumah Sakit (RS) Pusat Otak Nasional (PON), Cawang, Jakarta Timur.
Namun hasil tes thorax yang dilakukannya menunjukkan Fabyan terindikasi tertular covid-19.
Fabyan sempat 4 hari berada di ruang isolasi, pada hari kelima kondisinya memburuk.
Ia mulai batuk-batuk, suhu tubuhnya sempat beberapa kali tinggi, dan kejang-kejang.
Fabyan lantas meninggal dunia, dokter meyakini diakibatkan oleh covid-19.
Meski begitu, ayah Fabyan belum mendapatkan hasil dari tes swab putranya.
"Sampai hari ini, hari ketujuh, saya belum diberi kabar hasil swab," kata jurnalis televisi tersebut saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Kamis (30/4/2020) siang.
Menurut sang ayah, Fabyan adalah pemuda yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit.
Fabyan memang sempat memiliki asma di masa kecilnya, namun tak pernah kambuh hingga sekarang.
"Kalau riwayat penyakit insyaAllah tidak ada, cuma waktu kecil pernah asma, setelah SMP sudah tidak pernah kambuh lagi asmanya," terangnya.
"Artinya, Fabyan sehat dan baik-baik saja sebelum keluhan kesemutan itu," tambah dia.
Ia lantas teringat, tak lama sebelum Fabyan meninggal, sang putra kerap mengeluh tangan kesemutan hingga mati rasa.
"Jarak sekitar satu bulan sejak mengeluh kesemutan sampai meninggal," kata sang ayah.
Kondisi Fabyan lantas menurun semenjak rasa kebas di tangannya itu datang.
Ia kerap meminta bantuan ibu dan adik-adiknya untuk beraktivitas seperti menulis tugas sekolah.
Bahkan ketika makan, sang ayah sering memergoki Fabyan makan menggunakan bantuan tangan kiri.
Sepekan setelahnya, menurut sanga ayah, Fabyan mulai memperlihatkan kebiasaan aneh.
"Bangun cuma untuk salat lantas tidur lagi, makan, mandi, terus tidur," kata dia, seperti yang dikutip Tribunnews.com dari akun Facebooknya, Kamis.
"Dalam sehari semalam dia bisa tidur 20 sampai 23 jam," tambahnya.
Karena kondisi tersebut, keluarga berinisiatif mencari dokter saraf untuk Fabyan.
Baca Juga: Belajar dari Rumah di TVRI 1 Mei 2020, Soal dan Jawaban Materi SMP dan SMA Tidak Ada
Namun kala itu mencari dokter menjadi sulit disebabkan kebijakan PSBB.
Sampai akhirnya, ayah Fabyan menemukan dokter saraf yang aktif di sebuah RS di Pasar Rebo, Jakarta Timur.
"Diagnosa dokter saat itu ada masalah di otak kiri anak kami," terangnya.
Ayah Fabyan pun menanyakan apakah hal itu disebabkan oleh luka, infeksi, ataukah tumor, namun dokter membantahnya.
Menurut dokter, apabila hal itu benar, penderita akan mengalami sakit kepala, sementara Fabyan mengaku tidak merasakannya.
Dokter juga memastikan hal ini bukan disebabkan karena mengonsumsi narkoba karena efek narkoba akan hilang dalam satu hingga dua hari.
"Sementara Byan sudah tidur terus hampir sepekan ketika itu," terang sang ayah.
Ia kemudian menanyakan apakah ada kemungkinan terpapar virus, namun dokter juga membantahnya.
Menurut dokter, penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri di otak akan menyebabkan kelumpuhan kedua sisi tubuh, sementara Fabyan hanya mengalaminya pada anggota tubuh sebelah kanan.
Keluarga Fabyan pun sempat bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan cek darah dan CT Scan.
Saat itu, Fabyan mulai menggunakan kursi roda karena sudah tidak dapat mengontrol kantuknya.
Dalam keadaan sakit, sang ayah mengungkapkan, ia dan keluarga sempat merayakan ulang tahun Fabyan yang ke-16 pada 13 April 2020 lalu.
"Saat itu dia tampak bahagia, dikunjungi beberapa teman dan keluarga kami di rumah," ungkap sang ayah.
"Namun, kondisinya sudah tak sanggup berdiri. MasyaAllah, dalam keadaan sakit Fabyan sebelumnya masih menjadi imam salat berjamaah kami sampai kakinya tak kuasa lagi berdiri," sambungnya.
Setelah perayaan ulang tahun tersebut, sang ayah mengatakan, Fabyan muntah-muntah hingga membuat keluarga pun khawatir karena Fabyan selalu memuntahkan setiap makanan yang ia makan.
"Akhirnya kami larikan ke IGD RS terdekat di Pondok Labu Jaksel. Dokter tak mau merawat inap, meminta kami kembali lagi besoknya untuk periksa ke poli saraf," kisahnya.
Kemudian, hasil tes darah normal dan CT Scan pun tidak memperlihatkan adanya permasalahan di otaknya.
Baca Juga: Jalani Ramadhan di Tengah Pandemi Virus Corona, Chand Kelvin: Ibadah di Rumah Ajalah!
Akhirnya, dokter saraf RS itu merujuk Fabyan ke RS PON dan dokter di rumah sakit tersebut mendiagnosanya mengalami stroke.
"Kasus langka, tapi katanya memang pernah ada kejadian pada remaja. Namun dokter juga belum menemukan penyebabnya, karena hasil cek lab ulang terlihat normal, begitupun CT Scan," ungkapnya.
Hingga 5 hari dirawat di RS PON, kondisi Fabyan semakin memburuk bahkan ia sama sekali sudah tidak bangun dari tidurnya dan tidak bisa lagi merespons maupun berkomunikasi.
Hingga akhirnya Fabyan menjalani tes thorax karena saat itu ia mulai batuk-batuk, suhu tubuh tinggi, dan kejang-kejang.
"Hasil tes thorax, Fabyan terindikasi terpapar (covid-19). Dia harus pindah ke ruang isolasi di lantai khusus pasien covid-19 dan diambil sampel tes swab keesokan paginya."
"Dengan berat hati, saya harus menandatangani protokol covid, di antaranya biaya perawatan diambil alih pemerintah dan jika dia meninggal dunia harus menjalani proses pemulasaran jenazah hingga pemakaman sesuai protokol covid. Saya tidak punya pilihan lain," sambungnya.
Setelah itu, pada hari ke-4 di ruang isolasi, Fabyan mengembuskan napas terakhirnya tepat pada hari pertama Ramadan 1441 Hijriah, Jumat (24/4/2020).
Artikel ini telah tayang di TribunStyle dengan judul Pemuda 16 Tahun Meninggal Terindikasi Covid-19, Alami Gejala Tangan Kesemutan & Tidur Sepanjang Hari
(*)
Source | : | TribunStyle |
Penulis | : | None |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |